Hukum dan Penjelasan Mengenai Musik Dalam Islam

Hukum dan Penjelasan Mengenai Musik Dalam Islam

Hukum dan Penjelasan Mengenai Musik Dalam IslamMusik sering terdengar setiap hari. Tidak dapat dipungkiri bahwa musik seringkali mengisi aktivitas sehari-hari.

Hukum dan Penjelasan Mengenai Musik Dalam Islam Hukum dan Penjelasan Mengenai Musik Dalam Islam

tbadl – Saat ini berbagai genre musik banyak didengarkan di banyak media. Musik dan lagu berirama dilengkapi dengan lirik yang menggambarkan banyak suasana hati dan seringkali membuat pendengar ikut bernyanyi. Suasana hati sering kali diciptakan oleh lagu dan musik ini.

Ternyata musik tidak dilarang dalam ajaran Islam. Umat ​​Islam boleh mendengarkan musik dan lagu asal tidak berlebihan dan tidak membahayakan.

Membaca Buku Konferensi Adab yang disusun oleh ‘Aabidah Ummu ‘Aziizah, S.Pd. Saya, Ayub, S.Pd. I, M.A., Ilham Ibrahim, S.Pd., dan Qaem Aulassyahied, S.Th. I, M.Ag telah menjelaskan secara gamblang mengenai musik dan lantunan dalam ajaran Islam.

Bahwa hukum musik, lagu dan seni pada hakikatnya boleh (Mubah), sesuai dengan fitrah manusia yang mencintai keindahan. Musik bersifat dinamis dan oleh karena itu dapat disesuaikan dengan suasana.

Peluncuran situs resmi Nadhlatul Ulama (NU) (12/01/2023) juga menjelaskan asal muasal dibolehkannya mendengarkan musik bagi seorang muslim. Imam Al-Ghazali memberikan jawaban rinci terhadap dalil dan argumentasi ulama pelarangan musik dalam Ihya Ulumiddin Imam Al-Ghazali.

Tahukah Anda, pendapat yang mengatakan “aktivitas mendengarkan (bernyanyi, suara atau musik) itu haram” harus dipahami bahwa Allah akan menghukum seseorang atas aktivitas tersebut. Aqli saja, tapi harus berdasarkan Naqli. Cara mengetahui hukum syara (agama) hanya terbatas pada nash dan qiyas pada nash. Yang dimaksud dengan “nash” adalah apa yang dijelaskan oleh Rasulullah SAW melalui perkataan dan perbuatannya. Sedangkan yang dimaksud dengan “Qiyas” adalah analogi pemahaman yang dipahami dari perkataan dan perbuatan Nabi sendiri.

Dalam kaitannya dengan mendengarkan lagu atau musik ini, jika tidak ada dalil yang menentang liriknya dan tidak ada dalil qiyas, maka pendapat yang melarangnya batal. Artinya mendengarkan lagu atau musik, seperti halnya aktivitas sah lainnya, tetap merupakan aktivitas yang tidak berdosa.

Dalam ceramahnya, Imam AlGhazali tidak menemukan satu pun ayat yang jelas-jelas mengharamkan musik. Meskipun ada teks yang melarang musik dan nyanyian, larangan tersebut tidak didasarkan pada musik dan nyanyian itu sendiri, melainkan pada hubungannya dengan tindakan tidak bermoral seperti minuman keras, perzinahan, perjudian, atau melalaikan tugas.

– Pendapat para sahabat Nabi Muhammad tentang mendengarkan musik
Abû Thâlib alMakkî mengatakan bahwa para ulama Hijaz (sebelumnya Mekkah dan Madinah) selalu mendengarkan lantunan pada hari utama tahun, hari di mana Allah memerintahkan nama-Nya disebutkan, sebagai Tasyriq hari. Begitu pula dengan masyarakat Madinah hingga saat ini. Sampai kami menemukan Qadli Marwan, dia mempunyai seorang istri, budak, yang menyanyi untuk orang-orang dan mempersiapkan mereka untuk para sufi. Atha’ juga mempunyai dua orang budak perempuan yang bernyanyi, kemudian saudara-saudaranya sama-sama mendengarkan.

Abu Thâlib alMakkî berkata bahwa ada yang bertanya kepadanya Abu Hasan bin Sâlim: “Bagaimana mungkin seseorang melarang (melarang) mendengarkan nyanyian padahal alJunaid, Sarî Saqathî, Dzun Nûn mengizinkannya?” Beliau menjawab: “Bagaimana saya bisa melarang mendengar nyanyian padahal ada orang yang lebih baik dariku yang memperbolehkan dan mendengarkan?” Sesungguhnya ‘Abdullah bin Ja’far athThayyâr mendengarkan nyanyian. ‘Yang saya ingkari adalah lakon yang terletak pada nyanyian'”,

– Hukum mendengarkan musik boleh haram jika
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Mendengarkan musik itu legal atau diperbolehkan. Namun, mungkin ilegal dalam kondisi tertentu.

Baca juga : Rekomendasi Sholawat Terbaru yang Merdu Dan Bikin Tenang 

Memutar atau mendengarkan musik mungkin dilarang jika ada faktor eksternal yang mengarah pada hal buruk. Liriknya misalnya mengandung kejahatan , misalnya rangsangan nafsu atau hasrat yang disengaja, termasuk hal-hal buruk seperti mabuk-mabukan dan amoralitas.

Namun dalam Islam sendiri ada musik yang isi nya tentang ke islaman dan menggunakan bahasa arab biasa disebut dengan lagu sholawat. Musik islami sering diiringi oleh rebana,tapi ada juga musik islami yang dipadukan dengan genre lain seperti, dangdut,pop,dll.

Inilah sebagian teks yang dipopulerkan oleh Raja Dangdut Haji Rhoma Irama. Liriknya cukup menggambarkan kenyataan bahwa sebagian besar dari kita sebenarnya menyukai musik. Hanya sedikit orang yang tahu cara mendengarkan musik, tetapi hampir semua orang bisa mendengarkan musik. Musik merupakan produk budaya populer dan mengarah pada jenis atau genre sekolah yang berbeda.

Islam adalah agama yang tidak diturunkan Allah SWT dalam ruang hampa budaya. Ajaran Islam berupa prinsip moral dan etika selalu diselaraskan dengan budaya yang ada. Ketika Islam turun dalam bentuk risalah Nabi Muhammad SAW, ajaran Islam berdialog dengan budaya pada masa itu. Kebudayaan yang ada diterima dengan baik oleh Islam. Sedangkan yang buruk ditolak dan dihilangkan sekaligus atau sedikit demi sedikit.

Setelah wafatnya Rasulullah, ajaran Islam disebarkan ke seluruh dunia oleh penerusnya. Di sini pun terjadiantara ajaran moral Islam dan budaya lokal. Telah terjadi sintesis antara ajaran agama dan budaya, sehingga menghasilkan produk budaya yang berjiwa Islam. Salah satu produknya adalah musik Islami.

Apa itu musik Islami? Musik islami adalah musik yang berbentuk lirik dan lagu yang kaya akan nuansa islami. Apalagi pada puisi-puisinya yang secara eksplisit mengandung pesan-pesan Islam. Yang membedakannya dengan musik sekuler adalah penekanan pada simbol-simbol Islam dalam liriknya.

Hukum Musik Dalam Islam

Musik Islami generasi pertama
Dalam perkembangannya tanah air kita kaya akan khazanah musik Islami yang masih terus berkembang hingga saat ini. Generasi 60an dan 70an mengenal Bimbo dan Nasida Ria sebagai ikon musik Islami. Bimbo membawakan lagu-lagu yang bernafaskan Islam dengan aliran pop religi. Sedangkan Nasida Ria memiliki tradisi kasidah.

Pada tahun 1990-an, Nasyid populer di kalangan aktivis Islam di kampus. Corak ideologi Islam cukup kuat didengar pada musik Nasyid generasi pertama.

Misalnya musik yang digunakan bukan musik pop pada umumnya, namun terkadang hanya musik capella atau perkusi. Bahkan teksnya agak “berat”, dengan isi khotbah yang sangat jelas, sangat Islami dan ideologis. Teks tengah berbicara tentang Tuhan, ibadah dan moralitas. Sangat sedikit teks yang memuat kisah romantis, meski ada satu yang pastinya bukan tentang pacaran melainkan tentang pernikahan.

Seiring berkembangnya kelompok Nasyid generasi pertama, muncul pula genre Salawat versi modern. Penyanyinya adalah Haddad Alwi dan Sulis. Album Cinta Rasul laris manis di pasaran. Lagu Ya Thayyibah dan Ummi laris di pasaran. Selain Haddad Alwi dan Sulis, muncul juga grup musik Debu dengan lirik-lirik sufi. Pegawai Debu tersebut tampaknya bukan berasal dari Indonesia.

Setelah diadopsinya Nasyid generasi pertama, muncullah generasi Nasyid kedua sekitar tahun 2000 ke atas yang lebih ringan dibandingkan generasi pertama. Nuansa keislaman tentu saja tidak hilang, hanya saja Nasyid generasi kedua lebih ringan secara musikal. Anggap saja grup generasi kedua yang terkenal adalah Edcoustic, Shaffix, Gradasi, Tashiru, dll.

Pada generasi kedua, instrumen musik pop lebih terlihat dibandingkan generasi sebelumnya. Kita bisa mendengarnya misalnya di lagu Edcoustic dan Shaffix. Ada juga yang lebih bertema romantis, meski norma Islam tetap dipertahankan. Misalnya lagu yang pertama kali membuat Edcoustic terkenal adalah tentang cinta, judulnya “Tunggu Aku di Batas Waktu”.

Sayangnya, perkembangan Nasyid sepertinya terhenti pada generasi kedua ini. Menurut Edcoustic dan kawan-kawan, sudah tidak ada lagi grup Nasyid tingkat nasional dan lagu-lagu mereka selalu dibawakan dalam lomba-lomba Nasyid. Lagu terakhir yang menjadi lagu sejuta umat adalah Muhasabah Cinta karya Edcoustic. Selanjutnya musik Nasyid menghilang dan digantikan oleh genre musik lainnya.

Musik Islami generasi baru
Tumbangnya Nasyid bukan berarti jatuhnya musik Islami, pada tahun 2006 grup pop sibuk memproduksi lagu-lagu Islami. Yang pertama datang adalah grup Ungu dengan album Surgamu dan Gigi yang mengaransemen ulang lagu-lagu Nasida Ria menjadi versi rock.

Grup pop memanfaatkan bulan Ramadhan sebagai momentum untuk memasarkan karya keagamaan mereka. Ada pula penyanyi solo religi yang lagu-lagunya masih bisa kita apresiasi hingga saat ini: Opick. Lagu Tombo Ati menjadi debut karirnya yang berlanjut hingga saat ini.

Meski genre Nasyid lebih diperuntukkan bagi para aktivis muslim khususnya aktivis dai kampus, namun musik Islami semakin marak di masyarakat setelah grup pop ternama menciptakan lagu-lagu religi. Ungu dan Gigi diterima dengan baik dan dicintai penonton. Hal ini mendorong artis lain untuk mengikuti jejak mereka.

Baca juga : Rekomendasi Lagu Dangdut Beserta Penyanyinya

Memanfaatkan dinamika bulan Ramadhan, banyak musisi tanah air yang menciptakan lagu religi. Afghan, Radja, Rossa, ST 12, Vagetoz dan musisi lainnya tercatat menulis lagu religi Islami. Ternyata perkembangan musik pop yang bernuansa religi tidak hanya terjadi di Indonesia saja, namun juga di musik internasional.

Karakter Maher Zain yang membawakan lagu religi dalam bahasa Arab dan Inggris menjadi populer di kalangan musisi dunia. Munculnya Maher Zain menawarkan kita sebuah alternatif terhadap musik Islam barat selain musik sekuler. Setelah Maher Zain muncul musisi lain seperti Harris J, Raef dan Humood Alkhuder dengan lagu boomingnya Kun Anta.

Pada tahun 2018, musik Islami kembali bangkit di Indonesia dengan boomingnya grup Sabyan. Sabyan berusaha mengaransemen ulang lagu-lagu salawat yang biasa dinyanyikan santri di pesantren tradisional. Sabyan menghadirkan sentuhan modern pada lagu-lagunya dan disukai berbagai pihak. Lagu yang dibawakan pertama kali berjudul Ya Habibal Qolbi.

Namun boomingnya Sabyan dipicu oleh cover lagu berbahasa Arab Deen As Salam. Belakangan Sabyan merilis lagunya yang berjudul Ya Maulana yang membuatnya semakin populer. Penulis masih ingat di bulan Ramadhan 2018, lagu Sabyan diputar hampir di semua pusat perbelanjaan.

Di tahun 2020 ini kita akan berbahagia lagi dengan lagu Aisyah Istri Rasulullah. Syakir Daulay, artis muslim berbakat yang mempopulerkan lagu karya musisi Malaysia ini. Selain Syakir, masih banyak artis lain yang mengcovernya. Meski sempat menuai kontroversi terkait liriknya, tak ada yang menyangsikan lagu ini berhasil merebut hati pecinta musik Islami seperti penulisnya.

Musik Islami merupakan salah satu metode dakwah yang wajib kita gunakan untuk menunjang eksistensinya. Alhamdulillah musisi Islam tidak pernah berhenti berkreasi. Di setiap masa, lahirlah lagu atau musisi yang mampu bersaing dengan musisi sekuler. Metode dakwah melalui musik sangat efektif dalam upaya penyebaran ajaran Islam di berbagai lapisan masyarakat.

Back To Top