Sejarah Alat Musik Betawi – Betawi terkenal dengan ragam budaya yang menarik, mulai dari kuliner, kerajinan, kesenian, pakaian, upacara hingga alat musik Betawi. Sayangnya, generasi penerus bangsa kini kurang memperhatikan adat istiadat, sehingga keberadaan budaya Betawi lambat laun semakin hilang.
Sejarah Alat Musik Betawi
tbadl – Padahal, musik tradisional Betawi mempunyai ritme dan irama yang cukup enak didengar. Sebagai anak bangsa, anda setidaknya harus mengetahui alat-alat musik Betawi berikut ini:
Macam-macam alat musik Betawi serta sekilas sejarah dan cara penggunaannya
Alat musik tradisional Betawi sering kali digunakan Digunakan untuk menyejukkan suasana acara dan kegiatan keagamaan.
Sayangnya minat terhadap musik tradisional mulai menurun sehingga keberadaan alat musik tradisional mulai sulit ditemukan.
Berikut alat musik Betawi yang masih eksis hingga saat ini:
1. Gambang
Gambang Kromong pertama kali dikenal sekitar tahun 1930an di kalangan masyarakat Tionghoa Peranakan atau Benteng.
Gambang hadir dalam bentuk resonator gambang yang menyerupai bentuk perahu. Ada 18 buluh yang dibagi menjadi dua oktaf. Nada terendah gambang adalah liuh (A) dan nada tertinggi adalah midi (C). Cara memainkan galang dipukul dengan dua potong kayu yang panjangnya 30 sampai 35 sentimeter.
2. Marawis
Marawi merupakan alat musik tradisional hasil perpaduan budaya Betawi dan Timur Tengah. Bentuk maravis menyerupai gendang, namun ada detail dan bentuk tertentu yang membuatnya berbeda.
Marawis memiliki tiga bagian suara yang berbeda:
- Zapin: Nada yang lebih dalam dan umumnya digunakan untuk mengiringi lagu dengan ritme yang optimal.
Sarah: Ada ritme dan nada ceria yang sepertinya mengejutkan orang. Biasanya tipe ini sering digunakan untuk acara pernikahan. - Zahefah: Irama dan nadanya sama dengan Sara. Namun Zahefah biasanya digunakan untuk mengiringi lantunan majlis.
Baca Juga : Memperkenalkan Tradisi Alat Musik Unik Singapura
3. Gjinia
Gjinia merupakan alat musik Betawi yang sangat mirip dengan Kromong. Bedanya, Gender hanya memiliki satu baris kotak yang menampung 10-14 bilah meja logam.
Alat musik ini mempunyai fungsi yang sangat penting dalam sebuah pertunjukan. Selain menjadi partner penyanyi, genre juga berperan sebagai leader dan harmonisasi lagu.
4. Gambang Kromong
Seperti halnya Gambang, Kromong pertama kali dikenal sekitar tahun 1930-an di kalangan komunitas Tionghoa Peranakan atau Benteng.
Kromong mempunyai bentuk yang sama dengan Bonang. Namun, Komong mempunyai 10 gong perunggu “pecon” logam.
Alat musik Kromong terdiri dari 2 baris, tiap baris terdapat lima buah gong. Cara memainkan musik Kromong sama dengan Gambang, yaitu memukul dengan tongkat kayu.
Pada abad ke-20, alat musik Kromong mulai dimainkan bersama Gambang untuk memeriahkan acara adat Betawi.
5. Rebana
Penyebaran musik rebana dimulai pada abad ke-12 oleh para pedagang dari Timur Tengah.
Memiliki ritme khas Timur Tengah dengan syair Islami di liriknya membuat musik ini mudah diterima oleh masyarakat setempat.
Ada empat jenis musik gendang yaitu rebana ketimpring, rebana hadroh, rebana burdah, dan rebana maukhid.
Namun jenis gendang yang sering muncul dalam acara kesenian rakyat Betawi adalah Rebana Biang yang khas.
Sementara yang lain kerap diekspos untuk acara keagamaan, seperti khitanan, pernikahan, dan lain-lain.
6. Kecrek
Kecrek adalah alat musik yang mengandalkan 2 atau 4 buah logam tipis untuk menghasilkan nada atau bunyi. Biasanya alat musik ini sering dimainkan oleh orkes Betawi untuk memberi isyarat dan mengiringi pertunjukan seni.
7. Gambus
Gambus adalah alat musik petik asal Timur Tengah. Bentuknya hampir mirip dengan mandolin, namun alat musik gambus biasanya menggunakan 3 hingga 12 senar.
Musik gambus pertama kali dikenal di Betawi antara abad ke-7 hingga ke-15
Pada masa ini, banyak pedagang dari Timur Tengah yang berjualan rempah-rempah dan menyebarkan ilmu agama.
Sejak saat itulah banyak masyarakat Indonesia khususnya masyarakat Betawi yang mulai mengenal alat musik gambus.
Salah satu tokoh legendaris yang memperkenalkan musik gambus adalah Syech Albar, seorang Arab-Indonesia yang membentuk orkestra harpa El-Surayya.
Musik gambus biasanya menggunakan lirik berbahasa Arab yang berisi doa atau berkah. Namun irama musiknya sangat khas ala Timur Tengah sehingga cukup menyejukkan suasana.
Baca Juga : Tuban’s Interesting Tourist Destination is Full Of Animals
Hingga saat ini, masyarakat Betawi terus mengundang orkes kecapi untuk memeriahkan acara khitanan dan pernikahan.
Tanjidor adalah alat musik Betawi yang dimainkan dengan cara ditiup dan dimainkan secara berkelompok.
Nama Tanjidor berasal dari kata “Tanji” yang berarti gendang dan “Dor” yang melambangkan bunyi dor, dor, dor.
Sejarah alat musik Tanjidor pertama kali dimainkan oleh para budak pada zaman Belanda untuk menghibur tuannya di pesta dan jamuan makan.
Pada tahun 1860, sistem perbudakan mulai dihapuskan. Setelah itu, para budak yang dibebaskan mulai berinisiatif mendirikan perkumpulan musik yang diberi nama “Tanjidor”.
Musik Tanjidor mencakup banyak alat musik, alat musik tiup dan perkusi.
Alat musik tiup yang digunakan adalah klarinet, trombon, katup, dan terompet.
Sedangkan alat musik perkusi menggunakan drum (membranofon), simbal (perkusi), dan drum samping (drum).
Sampai saat ini musik Tanjidor masih eksis di Jakarta.
Pertunjukan musik ini sering dipentaskan pada berbagai acara budaya Betawi, seperti khitanan, pernikahan, dan parade.
8. Ning-Nong
Ning-Nong atau biasa kita sebut Bonang di Jawa Tengah, merupakan alat musik berupa 2 buah piringan logam berdiameter 10 cm yang diletakkan pada batang kayu yang berbatang. . . persegi
Cara memainkan alat musik ini adalah dengan memukulnya menggunakan tongkat besi.
Untuk menghasilkan ritme dan nada yang benar, pemain dapat memukul cakram metal secara bergantian sambil mengikuti irama lagu.
9. Tehyan
Tehyan adalah alat musik Betawi yang diperkenalkan oleh masyarakat Tionghoa pada masa penjajahan Belanda.
Alat musik ini memiliki nada dasar “A” yang dimainkan dengan alat senar, seperti cello.
Alat ini berbentuk panjang dengan ujung agak melebar. Kurang lebih menyerupai postur tubuh manusia.
Dahulu, alat musik Tehyan sering dimainkan dalam acara pernikahan, hajatan, dan lain-lain. Sayangnya, minimnya peminat terhadap alat musik ini membuatnya semakin langka dan sulit ditemukan saat perayaan besar.
Indonesia kaya akan budaya dan tradisi yang harus kita lestarikan agar keberadaannya tidak hilang secara perlahan.
Semoga setelah membaca daftar 10 alat musik Betawi ini anda sedikit tertarik untuk mendalami berbagai budaya yang ada di Indonesia..